Budidaya Cabe Jawa

Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.)

Pembudidayaan Cabe Jawa harus dibudidayakan dengan tiang atau pohon panjatan, seperti halnya sirih, lada dan kemukus. Umumnya masyarakat menanam Cabe Jawa dengan merambatkannya pada pohon tanaman peneduh. Misalnya lamtoro, gamal, dan dadap. Kadang-kadang, Cabe Jawa juga ditanam dengan merambatkannya pada pohon buah seperti mangga, rambutan, dan duku. Meskipun memerlukan peneduh, Cabe Jawa tidak menghendaki naungan yang terlalu rapat. Sehingga lebih cocok untuk dirambatkan pada tanaman lamtoro, yang tajuknya tidak sangat transparan.

Meskipun menghasilkan biji, Cabe Jawa tidak pernah dibudidayakan dengan benih generatif. Benih Cabe Jawa selalu berupa stek, rundukan dan pemisahan anakan. Ada 2 (dua) macam bahan stek, yakni stek cabang (ruas) dan stek pucuk (tunas). Cabang yang digunakan sebagai bahan stek, harus berupa ruas produktif, yang tunasnya masih hidup. Ruas tua yang tunasnya sudah mati, tidak cocok digunakan sebagai bahan stek.

Stek disemaikan terlebih dahulu dalam bak pasir yang terlindungi dari terik matahari. Setelah tunas dan akar mulai tumbuh, stek dipindahkan ke polybag atau kantong plastik kecil, serta ditaruh di lokasi yang terkena sinar matahari sekitar 30%. Setelah benih tumbuh menjadi anakan dengan daun dan akar cukup, baru dipindahkan ke lapangan. Meskipun Cabe Jawa mutlak memerlukan pohon sebagai panjatan, dia tidak akan tumbuh baik kalau ditanam di bawah tanaman yang lingkar batangnya sudah terlalu besar.

Cabe Jawa memerlukan lahan dengan struktur tanah gembur yang kaya humus dan bahan organik. Elevasi tumbuhnya dari 0 m. dpl s/d 1000 m.dpl. dengan elevasi optimal antara 400 s/d 800 m. dpl. Curah hujan minimal 2000 mm per tahun. Cabe Jawa lebih cocok dibudidayakan bersama dengan kopi, kakao, dan kapulaga. Lamtoro, gamal, dan dadap. Sebagai peneduh tiga komoditas tadi, sekaligus digunakan sebagai panjatan Cabe Jawa.

Related Posts:

0 Response to "Budidaya Cabe Jawa"

Posting Komentar